Meningkatkan kinerja sistem pengapian memang bisa turut mendongkrak performa dapur pacu. Tapi ada kalanya ini akan berhasil diterapkan bila komponen yang dipilih punya peran yang cukup fital dalam menciptakan pengapian sempurna di ruang bakar.
Atau bila kompen tersebut dikombinasi dengan peranti lain yang bisa saling match. Misal antara CDI dengan koil, busi dan sebagainya. Lantas bagaimana hasilnya bila hanya menerapkan satu komponen saja? Apakah akan lebih baik dari koil standar atau tidak?
Atau bila kompen tersebut dikombinasi dengan peranti lain yang bisa saling match. Misal antara CDI dengan koil, busi dan sebagainya. Lantas bagaimana hasilnya bila hanya menerapkan satu komponen saja? Apakah akan lebih baik dari koil standar atau tidak?
Meningkatkan kinerja sistem pengapian memang bisa turut mendongkrak performa dapur pacu. Tapi ada kalanya ini akan berhasil diterapkan bila komponen yang dipilih punya peran yang cukup fital dalam menciptakan pengapian sempurna di ruang bakar.
Atau bila kompen tersebut dikombinasi dengan peranti lain yang bisa saling match. Misal antara CDI dengan koil, busi dan sebagainya. Lantas bagaimana hasilnya bila hanya menerapkan satu komponen saja? Apakah akan lebih baik dari koil standar atau tidak?
Atau bila kompen tersebut dikombinasi dengan peranti lain yang bisa saling match. Misal antara CDI dengan koil, busi dan sebagainya. Lantas bagaimana hasilnya bila hanya menerapkan satu komponen saja? Apakah akan lebih baik dari koil standar atau tidak?
Protec Ultimate. Hasil akan lebih bila dibarengi dengan menyetel ulang karburator | Andrion MCM 2A. Menganut RFC system yang dapat menghasilkan percikan api sangat cepat. |
Oke, untuk mencari tau, kita akan coba di Kawasaki Ninja 150 RR. Peranti pengapian yang kita pilih adalah koil. Karena komponen ini berfungsi melipatgandakan arus dari CDI ke busi. Sehingga asumsinya akan membuat pembakaran jadi lebih hebat lagi.
Produk yang dipilih tidak banyak. Yakni hanya dua merek yang kerap diaplikasi motormania, Andrion tipe CMC 2A seharga Rp 190 dan Protec Ultimate berbanderol Rp 180 ribu. Dari hasil uji out put menggunakan alat khusus, kedua produk tersebut mampu menghasilkan percikan yang lebih besar dan kuat dibanding merek lain atau standar bawaan motor.
Nah, dari pada penasaran yuk kita buktikan saja lewat uji dyno. Alat dyno-nya pakai Dynojet Model 250i buatan Amerika milik Sportisi Motorsport di daerah Rawamangun, Jaktim.
Sebagai bahan perbandingan, mula-mula diukur performa standar Ninja 150RR yang sudah menempuh jarak 21.000 km. Pastinya koil yang digunakan masih bawaan motor alias standar pabrik. Hasil yang didapat, power maksimum terncatat 26,14 dk di putaran 10.100 rpm. Sedang torsi puncak tembus 20,28 Nm di 8.900 rpm.
Produk yang dipilih tidak banyak. Yakni hanya dua merek yang kerap diaplikasi motormania, Andrion tipe CMC 2A seharga Rp 190 dan Protec Ultimate berbanderol Rp 180 ribu. Dari hasil uji out put menggunakan alat khusus, kedua produk tersebut mampu menghasilkan percikan yang lebih besar dan kuat dibanding merek lain atau standar bawaan motor.
Nah, dari pada penasaran yuk kita buktikan saja lewat uji dyno. Alat dyno-nya pakai Dynojet Model 250i buatan Amerika milik Sportisi Motorsport di daerah Rawamangun, Jaktim.
Sebagai bahan perbandingan, mula-mula diukur performa standar Ninja 150RR yang sudah menempuh jarak 21.000 km. Pastinya koil yang digunakan masih bawaan motor alias standar pabrik. Hasil yang didapat, power maksimum terncatat 26,14 dk di putaran 10.100 rpm. Sedang torsi puncak tembus 20,28 Nm di 8.900 rpm.
Komponen pelipatganda setrum dari CDI milik YZ 125, juga kerap jadi pilihan |
Kemudian komponen pelipatganda arus dari CDI standar diganti dengan merek Andrion tipe CMC 2A. Produk ini diklaim produsennya menggunakan RFC system yang dapat menghasilkan percikan api sangat cepat dan mengarahkan energi api di dalam gulungan koil agar selalu menghasilkan energi api yang lebih maksimal.
Hasil pengukuran dyno-nya tanpa mengubah settingan apapun di mesin alias langsung colok, max power yang berhasil diraih hanya 25,6 dk (turun 0,54 dk) di 10.500 rpm. Sementara torsinya juga ikut turun jadi 19,92 Nm di 8.500 rpm.
Begitu pula yang terjadi saat menggunakan koil Protec Ultimate. Tenaga puncak hanya bisa mencapai 25,52 dk pada putaran 10.000 rpm. Sedang torsi maksimum turun jadi 20,07 Nm (turun 0,21 Nm) di 8.400 rpm.
Pasti Anda akan bertanya-tanya kenapa bisa begitu? Menurut Agus, mekanik SM yang bertindak sebagai operator dyno, kemungkinan besar percikan yang terlalu gede mesti diimbangi menyetel ulang karburator. “Karena logikanya, makin besar api yang dihasilkan, maka bila pasokan campuran gasnya masih standar akan membuat pembakaran jadi terlalu kering. Makanya tenaganya malah turun,” terang Agus.
Makanya, kebanyakan pengaplikasian komponen ini diterapkan pada motor yang mesinnya sudah di-upgrade. Yang kemampuan menyembur campuran gas ke ruang bakar sudah ditingkatkan.
Hasil pengukuran dyno-nya tanpa mengubah settingan apapun di mesin alias langsung colok, max power yang berhasil diraih hanya 25,6 dk (turun 0,54 dk) di 10.500 rpm. Sementara torsinya juga ikut turun jadi 19,92 Nm di 8.500 rpm.
Begitu pula yang terjadi saat menggunakan koil Protec Ultimate. Tenaga puncak hanya bisa mencapai 25,52 dk pada putaran 10.000 rpm. Sedang torsi maksimum turun jadi 20,07 Nm (turun 0,21 Nm) di 8.400 rpm.
Pasti Anda akan bertanya-tanya kenapa bisa begitu? Menurut Agus, mekanik SM yang bertindak sebagai operator dyno, kemungkinan besar percikan yang terlalu gede mesti diimbangi menyetel ulang karburator. “Karena logikanya, makin besar api yang dihasilkan, maka bila pasokan campuran gasnya masih standar akan membuat pembakaran jadi terlalu kering. Makanya tenaganya malah turun,” terang Agus.
Makanya, kebanyakan pengaplikasian komponen ini diterapkan pada motor yang mesinnya sudah di-upgrade. Yang kemampuan menyembur campuran gas ke ruang bakar sudah ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar